Oleh Elsa Fitri Tsauri
Jika di sekolah-sekolah seperti SD, SMP dan SMA, UAS tersebut dilakukan di kelas dengan cara mengisi soal yang telah disediakan sekolah atau Dinas Pendidikan (Disdik). Lain halnya dengan UAS para mahasiswa. Cara UAS mahasiswa tentu bisa berbeda dari UAS yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah tersebut. Soal UAS yang diberikan kepada mahasiswa merupakan soal yang di berikan langsung oleh dosennya sendiri dan bukan dari Disdik.
Bahkan bentuk dan sifat UAS para mahasiswa itu bermacam-macam, ada yang tertulis, lisan, tertutup (close book), terbuka (open book) serta take home test. Secara garis besar, take home test merupakan UAS yang dikerjakan di luar kampus, seperti di rumah.
Teknisnya, mahasiswa diberi soal oleh dosen, dikerjakan di rumah dan dikumpulkan sesuai batas waktu yang sudah ditentukan dosen atau kesepakatan antara dosen dan mahasiswa. Tapi, menurut sebagian mahasiswa UAS dengan cara take home kadang-kadang lebih sulit dari pada UAS yang dilakukan secara lansung atau yang dikerjakan di kelas.“Tugas take home tidak memberatkan, jika memang tidak dibarengi dengan tugas-tugas yang lain. Namun, biasanya soal UAS take home lebih sulit, sehingga terkadang mahasiswa sukar untuk mengerjakannya. Apalagi dengan kebiasaan mahasiswa yang suka mengerjakan tugas last time (akhir waktu). Kadang UAS yang diberikan di kelas lebih baik ketimbang UAS take home dan lebih menghemat waktu,” ujar Lasya salah satu mahasiswa jurusan PGMI, Kamis (17/12).
Karena itu, Lasya mengatakan, jika seandaianya bisa meminta pada dosen, sebaiknya UAS yang dilakukan dengan cara take home maksimal hanya tiga mata kuliah saja dari semua mata kuliah yang diujiankan.[] Jurnalistik III B | Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung
Tidak ada komentar: