ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Gedung UIN Bandung | EMH
Masjid merupakan icon dan tempat beribadah umat muslim. Masjid juga idealnya menjadi pusat kegiatan bagi seluruh umatnya. Tapi apa jadinya jika masjid dengan segala fungsinya itu seolah tidak diperhatikan keberadaannya. Mulai dari fasilitas yang kurang memadai, kebersihan yang kurang terjaga dan toilet yang kurang terpelihara.


Mungkin itulah yang bisa menggambarkan Masjid Iqomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung saat ini. Keberadaan masjid Iqomah kalah pamor dengan gedung-gedung lain. Kehadirannya, selain tempat beribadah, justru sering kali digunakan untuk sekedar tempat tidur. Sebagai Universitas Islam Negeri satu-satunya di Jawa Barat, UIN SGD Bandung ini kehilangan icon-nya, yaitu masjid.

Kondisi masjid Iqomah acap kali menjengkelkan penggunanya, masjid ini sering kehabisan air saat jamaah sedang membludak. Toilet dan tempat wudhu tersumbat dan membuat air tergenang di mana-mana. Orang-orang tergeletak tersebar di seluruh sudut masjid untuk sekedar merebahkan badannya.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Iqomah UIN SGD Bandung, Bachrun Rifa’i, memaparkan bahwa kekurangan air tersebut dikarenakan debit air Majid Iqomah hanya mampu menampung 2ribu orang, sedangkan jamaah ada 5ribu orang.

Kasubag Rumah Tangga, Ramdan Budiana menyayangkan kondisi Masjid Iqomah ini. Ia mengatakan bahwa pihak kampus sudah semaksimal mungkin untuk memperhatikan masjid. Namun, alasan dana selalu menjadi persoalan yang dikeluhkan.

“Masjid itu sebenarnya sangat diperhatikan sekali. Tapi untuk menata masjid itu kami terbentur dana. Bukan berarti masjid dibiarkan,” ucap Ramdan “Karena kami terbentur anggaran, berbeda dengan swasta yang dikelola sendiri. Anggaran negeri itu dijatah,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut Bachrun mengatakan bahwa penghasilan utama masjid hanya mengandalkan kotak amal yang dalam seminggu hanya mendapatkan Rp 1,3 juta. “Masjid kita itu tidak seperti masjid lain, masjid ITB itu dapat lebih dari 10jt seminggunya,” tambah Bachrun.

Berbicara soal dana memang tidak ada habisnya. UIN Bandung yang hanya mengandalkan uang pemerintah yang jumlahnya tidak seberapa dan kotak amal yang tidak seberapa pula yang membuat kondisi masjid seperti saat ini.

Masjid Kampus lain

Kondisi Masjid Iqomah berbeda dengan kondisi Masjid Salman Institut Teknologi Bandung. Menurut Asisten Manajer bidang internal hubungan masyarakat Salman, Aulia Rahamtika, masjid ini dihidupi oleh Rumah Amal Salman ITB. Menariknya, dana yang didapat rumah amal ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kencleng yang disebar ke anak TK, dan infaq yang disebar di masjid.

Masjid yang banyak dikagumi orang ini memang selalu jadi daya tarik bagi pengguna Jalan Ganeca. Kondisinya yang selalu ramai dan tetap sejuk walau berada di tengah hiruk pikuk perkotaan membuat orang betah berlama-lama di sana.

Masjid ini pun menyediakan faslitas publik yang sangat memadai, seperti kamar mandi, tempat wudhu dan mukena yang bersh untuk jamaahnya. Kondisi air pun tak pernah kekurangan. Terdapat pula kamera cctv untuk menjaga keamanan jamaah. Bahkan air minum berupa teh hangat dan kopi pun disediakan gratis di Masjid ini.

Begitu pula dengan Masjid Al-Asy’ari Universitas Islam Bandung. Walau tak seserba ada Masjid Salman ITB, masjid milik yayasan Unisba ini juga memiliki fasilitas yang memadai. Kondisi kebersihan masjid ini begitu dijaga para jamaahnya.

Mahasiswa Manajemen Unisba, Andamsary Rahayu mengaku bahwa ia senang berlama-lama di Masjid Al-Asy’ari. “Enak sih di sini itu sejuk dan bersih, masjid kan emang harusnya sejuk gini ya. Buat tempat ngerjain tugas juga enak di sini,” ucapnya sambil menunjuk pelataran masjid yang ramai diisi mahasiswa yang sedang berdiskusi dan mengerjakan tugas.

Membandingkan Masjid Iqomah dengan masjid di kampus lainnya, masjid milik universitas berlabel Islam ini memang masih sangat jauh dari kata ideal. Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Mufli mengatakan Masjid UIN SGD Bandung yang seharusnya menjadi kiblat dari masjid universitas lain, dalam kenyataannya tidak seperti itu.

“Di UIN masjid itu harusnya sebagai pusat kegiatan keislaman yang beda dari masjid lain. Karena di kampus UIN itu hampir semua belajar tentang ilmu agama,” tambah Mufli. Mufli sangat menyanyangkan minimnya pengaplikasian ilmu keagamaan di masjid Iqomah saat ini.

“Seharusnya masjid itu sebagai sumber aktivitas keagamaan dan harus jadi sumber pendidikan moral untuk mahasiswa,” pungkas Mufli.

Perhatian untuk Iqomah

Kondisi masjid UIN yang kurang terpelihara, nyatanya mendapat perhatian dari Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Menurut Ramdan yang ditemui di ruangannya, Kamis (26/11), Aher yang sempat bertandang ke UIN awal tahun ini akan memberikan sumbangan sebesar 1 milyar.

“Saat ini masih proses pencairan, insyaAllah sekitar bulan Januari atau Februari 2016 akan mulai dilakukan renovasi,” tambah Ramdan.

Bidang pengembangan sumber daya insani Lembaga Dakwah Mahasiswa, Irwan, mengharapkan segera terealisasinya renovasi terhadap Masjid Iqomah. “Sudah sejak lama kita menunggu, kalau beneran mau renovasi secepatnya, ya Alhamdulillah,” katanya.

Irwan berharap jika sudah dilakukan renovasi terhadap Masjid Iqomah, para jamaah turut serta menjaga kebersihannya. “Jangan Cuma dari pihak DKM, UKM, dan cleaning service saja yang menjaga. Kan kita menikmati fasilitasnya bersama-sama,” pungkasnya. []  Jurnalistik VC UIN Bandung


  • Ketua Tim : Muhamad Fahmi
  • Reporter: Lidya Ayu S, Linda Fitria D, Nizar Ulumuddin, Nurdiani Kamilah, Nuru Fitry, Nurul Imamah


About Kampus Kita Oke

Saya adalah pengajar jurnalistik di Prodi Jurnalistik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung. Berita atau pun tulisan di REPORTASE MAHASISWA ini merupakan hasil praktik liputan para mahasiswa. Demikian semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top
Select options on the left to generate your code...