ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Aksi Hijau Mahapeka untuk Gunung Manglayang
(Foto: Suaka Online)
BANDUNG | Pergantian musim di suatu negara merupakan sebuah  hal  wajar. Sebagai negara  yang berada di daerah tropis,  Indonesia hanya memiliki dua musim, musim kemarau dan hujan.
Namun dalam beberapa tahun terakhir pergantian musim menjadi  hal yang sangat mengkhawatirkan. Bagimana tidak, saat musim  hujan banyak terjadi banjir dan tanah longsor, sementara  ketika musim kemarau, kebakaran lahan melanda berbagai daerah.

Bahkan kebakaran lahan yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan  berlangsung hingga berbulan-bulan, dengan menghanguskan ribuan  hektar lahan dan hutan. Hal sama terjadi di Jawa Barat,  khususnya Bandung, meski dengan skala yang lebih kecil.  Kejadian kebakaran terakhir di hutan Gunung Manglayang yang  berbatasan langsung dengan tiga  kabupaten sekaligus, yakni  Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Sumedang.

Tiga Hektar Terbakar

Menurut data dari Dinas Perhutani Kota Bandung, ada tiga  hektar hutan di Gunung Manglayang yang terbakar selama musim  kemarau kemarin. Namun menurut Urni, salah satu relawan di  posko pendakian Batu Kuda, dalam satu tahun ini terjadi enam  kali kebakaran dengan perkiraan lahan yang terbakar sekitar  delapan hektar.

Hutan Gunung Manglayang yang merupakan hutan lindung terdapat  dua titik kebakaran hutan. Daerah Candas Gantung dan  Baru Bereum. Kebakaran hutan ini berlangsung selama tiga bulan  dalam selang waktu yang berbeda-beda. 

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dnas Perhutani, kebakaran  dapat berlangsung lama karena ada tiga jenis kebakaran.  Pertama adalah kebakaran tajuk yang hanya terjadi di atas,  kemudian kebakaran tengah yaitu permukaan dengan tebal tujuh  centimeter.

Cara memadamkannya tidak cukup dengan satu kali kibasan.  Kebakaran dalamlah yang sulit untuk dipadamkan, perlu alat  khusus, yaitu suplayer untuk menyiram tanaman yang  dimodifikasi agar sampai ke dasar tanah.

Urni menjelaskan, tim relawan di posko pendakian Batu Kuda  selalu stand by 24 jam siap siaga jika terjadi kebakaran. “Di  sini kami siaga 24 jam penuh, kalau ada laporan dari bawah  melihat asap, kita  langsung naik ke atas,” ungkapnya. 

Kebakaran hutan paling parah terjadi di sisi timur Gunung  Manglayang dengan luas lahan yang terbakar sekitar enam  hektar. Beratnya medan menjadikan antisipasi dan pemadaman  memerlukan waktu yang lama.

Ketika ditanya koordinasi dengan polisi hutan yang bertugas,  Urni mengaku jarang berkomunikasi. Namun beberapa kali tim  relawannya bertemu dengan polisi hutan ketika pemadaman  kebakaran hutan.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhutani Kota Bandung,  Sutanto  menjelaskan, ada 12 anggota polisi hutan yang  menangani 20.000 hektar lahan teritorial. Sementara di  Manglayang sendiri terdapat dua polisi hutan yang menangani  teritorial tersebut.

Karena Dua Sebab

Penyebab kebakaran hutan sendiri menurut Dosen Ekologi  Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Tri  Cahyanto terjadi karena faktor alam dan kelalaian manusia.

Faktor alam bisa terjadi, karena petir yang menyambar pohon  atau cuaca ekstrim yang terjadi, sehingga mengeringkan daun  dan menyebabkan kebakaran. Sementara kelalaian manusia terjadi karena tidak padamnya secara menyeluruh sisa api unggun,  puntung rokok yang di buang dimana saja, dan pembukaan lahan  dengan cara pembakaran hutan. 

Tanggapan serupa dibenarkan oleh Urni. Ia mengungkapkan  penyebab terbesar adalah karena manusia, “Pernah terjadi  kemarin itu karena lampu lampion yang terbang kemudian  mendarat di semak-semak kering, akhirnya kebakaran,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai pembukaan lahan dengan cara dibakar, Urni memaparkan belum pernah menemukan. Ia yakin, warga  sekitar sudah paham dan sering mengingatkan kepada pendaki  untuk menjaga api.

Urni mengingatkan untuk para pendaki pemula untuk terlebih  dahulu meminta arahan kepada penjaga posko. Ini penting tahu  peraturan di hutan dan tidak membuka jalur baru jika dirasa  tidak perlu.

“Ya, saya khawatir saja kalau misalnya tambah banyak pendaki, karena ini hubungannya dengan nyawa. Jadi, ya kalau bisa  brifing dulu dengan penjaga posko,” ucapnya.

Untuk mengantisasipasi kebakaran, Dinas Perhutani berencana  akan menutup Jalur pendakian ilegal. “Kita akan tutup nanti  sekitar tahun 2016. BMKG juga sudah memberikan surat larangan  pendakian, kecuali untuk sekolah atau lembaga,” ungkap  Sutanto, Kepala Dinas Perhutani Kota Bandung. 

Selain itu perhutani juga akan menanami kembali lahan yang  rusak dengan pohon baru. Seluruh pendaki juga diimbau untuk bersama-sama menjaga lingkungan, dengan memperhatikannya api  dan sampah. [] Jurnalistik UIN Bandung

Tim Liputan:

  • SeptokunWijaya, SitiAisyah, Shofa Yanti, UmiAmalia, Wawan Maulana, Wika Damayanti, Zamzam Jamaluddin.

About Kampus Kita Oke

Saya adalah pengajar jurnalistik di Prodi Jurnalistik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung. Berita atau pun tulisan di REPORTASE MAHASISWA ini merupakan hasil praktik liputan para mahasiswa. Demikian semoga bermanfaat. Terima kasih atas kunjungannya.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top
Select options on the left to generate your code...