Aksi Hijau Mahapeka untuk Gunung Manglayang (Foto: Suaka Online) |
Namun dalam beberapa tahun terakhir pergantian musim menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan. Bagimana tidak, saat musim hujan banyak terjadi banjir dan tanah longsor, sementara ketika musim kemarau, kebakaran lahan melanda berbagai daerah.
Bahkan kebakaran lahan yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan berlangsung hingga berbulan-bulan, dengan menghanguskan ribuan hektar lahan dan hutan. Hal sama terjadi di Jawa Barat, khususnya Bandung, meski dengan skala yang lebih kecil. Kejadian kebakaran terakhir di hutan Gunung Manglayang yang berbatasan langsung dengan tiga kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Sumedang.
Tiga Hektar Terbakar
Menurut data dari Dinas Perhutani Kota Bandung, ada tiga hektar hutan di Gunung Manglayang yang terbakar selama musim kemarau kemarin. Namun menurut Urni, salah satu relawan di posko pendakian Batu Kuda, dalam satu tahun ini terjadi enam kali kebakaran dengan perkiraan lahan yang terbakar sekitar delapan hektar.
Hutan Gunung Manglayang yang merupakan hutan lindung terdapat dua titik kebakaran hutan. Daerah Candas Gantung dan Baru Bereum. Kebakaran hutan ini berlangsung selama tiga bulan dalam selang waktu yang berbeda-beda.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dnas Perhutani, kebakaran dapat berlangsung lama karena ada tiga jenis kebakaran. Pertama adalah kebakaran tajuk yang hanya terjadi di atas, kemudian kebakaran tengah yaitu permukaan dengan tebal tujuh centimeter.
Cara memadamkannya tidak cukup dengan satu kali kibasan. Kebakaran dalamlah yang sulit untuk dipadamkan, perlu alat khusus, yaitu suplayer untuk menyiram tanaman yang dimodifikasi agar sampai ke dasar tanah.
Urni menjelaskan, tim relawan di posko pendakian Batu Kuda selalu stand by 24 jam siap siaga jika terjadi kebakaran. “Di sini kami siaga 24 jam penuh, kalau ada laporan dari bawah melihat asap, kita langsung naik ke atas,” ungkapnya.
Kebakaran hutan paling parah terjadi di sisi timur Gunung Manglayang dengan luas lahan yang terbakar sekitar enam hektar. Beratnya medan menjadikan antisipasi dan pemadaman memerlukan waktu yang lama.
Ketika ditanya koordinasi dengan polisi hutan yang bertugas, Urni mengaku jarang berkomunikasi. Namun beberapa kali tim relawannya bertemu dengan polisi hutan ketika pemadaman kebakaran hutan.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhutani Kota Bandung, Sutanto menjelaskan, ada 12 anggota polisi hutan yang menangani 20.000 hektar lahan teritorial. Sementara di Manglayang sendiri terdapat dua polisi hutan yang menangani teritorial tersebut.
Karena Dua Sebab
Penyebab kebakaran hutan sendiri menurut Dosen Ekologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Tri Cahyanto terjadi karena faktor alam dan kelalaian manusia.
Faktor alam bisa terjadi, karena petir yang menyambar pohon atau cuaca ekstrim yang terjadi, sehingga mengeringkan daun dan menyebabkan kebakaran. Sementara kelalaian manusia terjadi karena tidak padamnya secara menyeluruh sisa api unggun, puntung rokok yang di buang dimana saja, dan pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan.
Tanggapan serupa dibenarkan oleh Urni. Ia mengungkapkan penyebab terbesar adalah karena manusia, “Pernah terjadi kemarin itu karena lampu lampion yang terbang kemudian mendarat di semak-semak kering, akhirnya kebakaran,” ujarnya.
Ketika ditanya mengenai pembukaan lahan dengan cara dibakar, Urni memaparkan belum pernah menemukan. Ia yakin, warga sekitar sudah paham dan sering mengingatkan kepada pendaki untuk menjaga api.
Urni mengingatkan untuk para pendaki pemula untuk terlebih dahulu meminta arahan kepada penjaga posko. Ini penting tahu peraturan di hutan dan tidak membuka jalur baru jika dirasa tidak perlu.
“Ya, saya khawatir saja kalau misalnya tambah banyak pendaki, karena ini hubungannya dengan nyawa. Jadi, ya kalau bisa brifing dulu dengan penjaga posko,” ucapnya.
Untuk mengantisasipasi kebakaran, Dinas Perhutani berencana akan menutup Jalur pendakian ilegal. “Kita akan tutup nanti sekitar tahun 2016. BMKG juga sudah memberikan surat larangan pendakian, kecuali untuk sekolah atau lembaga,” ungkap Sutanto, Kepala Dinas Perhutani Kota Bandung.
Selain itu perhutani juga akan menanami kembali lahan yang rusak dengan pohon baru. Seluruh pendaki juga diimbau untuk bersama-sama menjaga lingkungan, dengan memperhatikannya api dan sampah. [] Jurnalistik UIN Bandung
Tim Liputan:
- SeptokunWijaya, SitiAisyah, Shofa Yanti, UmiAmalia, Wawan Maulana, Wika Damayanti, Zamzam Jamaluddin.
Tidak ada komentar: